PRINSIP KOMUNIKASI PEMBELAJARAN
Kata Pengantar
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat
Allah SWT pencipta semesta alam, yang telah membimbing dan memberikan taufik
serta hidayahnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Makalah ini.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Rasullullah Muhammad
saw. yang menjadi guru dan teladan umat manusia sepanjang zaman.
Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Komunikasi Pembelajaran pada Prodi Pendidikan
Guru Madrasah Intidaiyah/ Sekolah dasar (PGMI/SD), Fakultas Pendidikan Islam
dan Keguruan Universitas Garut.
Dalam penyusunan
Makalah ini tidak terlepas dari kesulitan dan hambatan yang dihadapi. Berkat
izin dan karunia Allah SWT disertai dengan bimbingan dari semua pihak, maka
penulis dapat menyelesaikan Makalah ini. Mudah-mudahan Allah SWT membalas dengan balasan yang setimpal.
Penulis menyadari
dalam penyusunan Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, untuk
perbaikan pembuatan Makalah selanjutnya, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Garut, Maret 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................... i
Daftar Isi ........................................................................................ ii
Bab I Pendahuluan .................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................ 2
Bab II Pembahasan ..................................................................
3
2.1 Hakikat
Komunikasi dan Pembelajaran ...................................
3
2.1.1 Pengertian Komunikasi ............................................. 3
2.1.2 Pengertian Pembelajaran .......................................... 4
2.2 Proses
Belajar Mengajar sebagai proses Komunikasi .............. 5
2.3 Prinsif
Komunikasi ................................................................ 6
2.4 Prinsif
Komunikasi Efektif ...................................................... 11
Bab III Penutup .......................................................................... 14
3.1
Kesimpulan .......................................................................... 14
3.2 Saran .................................................................................... 14
Daftar
Pustaka ......................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak dapat dipisahkan dari upaya
peningkatan kualitas pendidikan yang sekarang ini sedang menjadi sorotan dan
harapan banyak orang di Indonesia. Wujud dari proses pendidikan yang paling
riil terjadi di lapangan dan bersentuhan langsung dengan sasaran adalah berupa
kegiatan belajar mengajar pada tingkat satuan pendidikan. Kualitas kegiatan
belajar mengajar atau sering disebut dengan proses pembelajaran tentu saja akan
berpengaruh terhadap mutu pendidikan yang output-nya berupa sumber
daya manusia.
Selain itu, sering dikatakan bahwa proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi dimana terjadi proses penyampaian
pesan tertentu dari sumber belajar (misalnya guru, instruktur, media
pembelajaran,dll.) kepada penerima (peserta belajar, murid, dsb), dengan tujuan
agar pesan (berupa topik-topik dalam mata pelajaran tertentu) dapat diterima
(menjadi milik, di-shared) oleh peserta didik / murid-murid. Kesadaran yang
demikian ini tidaklah dijumpai dalam penyelenggaraan pendidikan yang telah
berlangsung dari abad ke abad, melainkan baru terjadi pada sekitar tahun
1950-an, pada waktu Berlo mengembangkan suatu model komunikasi yang disebutnya
SMCR, singkatan dari Source, Message, Channel dan Receiver.
Model
SMCR dimaksudkan untuk
menunjukkan terjadinya proses komunikasi antar manusia (human communication)
yang diilhami oleh model komunikasi yang telah dikembangkan lebih dahulu oleh
Shannon-Weaver pada tahun 1946 dalam bidang matematika dan elektronik dengan
unsur-unsur komunikasi seperti Source
(Sumber), Transmitter (pemancar),
Message (pesan), Signal, Noise (gangguan), Receiver (pesawat penerima) dan
Destination (tujuan yaitu orang yang diharapkan dapat menerima pesan yang disampaikan).[1]
Adanya kesadaran bahwa proses belajar dan
pembelajaran adalah merupakan proses komunikasi membawa implikasi-implikasi
yang sangat penting dan mendasar bagi penyelenggaraan dan pelaksanaan serta
hakikat proses belajar dan pembelajaran itu sendiri.
Dimana
Kegiatan pembelajaran dijadikan sebagai proses transformasi pesan edukatif
berupa materi belajar dari sumber belajar kepada pembelajar. Dalam pembelajaran
terjadi proses komunikasi untuk menyampaikan pesan dari pendidik kepada peserta
didik dengan tujuan agar pesan dapat diterima dengan baik dan berpengaruh
terhadap pemahaman serta perubahan tingkah laku. Dengan demikian keberhasilan
kegiatan pembelajaran sangat tergantung kepada efektifitas proses komunikasi
yang terjadi dalam pembelajaran tersebut.
1.2 Rumusan Penulisan
Berdasarkan pada latar belakang diatas maka penulis
mencoba membuat identifikasi permasalahan yang berkaitan dengan media
pendidikan dan proses komunikasi sebagai berikut :
1.
Bagai mana hakikat komunikasi pembelajaran?
2.
Pengertian komunikasi ?
3.
Pengertrian Pembelajaran?
4.
Apakah yang dimaksud dengan proses belajar
mengajar sebagai proses komunikasi tersebut?
5.
Apa saja
prinsip komunikasi?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Memahami Bagai mana hakikat komunikasi
pembelajaran?
2.
Mengetahui Pengertian komunikasi ?
3.
Mengetahui Pengertrian Pembelajaran?
4.
Apakah yang dimaksud dengan proses belajar
mengajar sebagai proses komunikasi tersebut?
5.
Memahami Apa saja prinsip komunikasi?
1.4 Manfaat Penulisan
Supaya mahasiswa dapat lebih mengetahui dan
memahami peranan media pendidikan dalam proses komunikasi pembelajaran yang
ada. Dimana setelah mempelajari pembahasan ini, kita mampu mengefektifkan
proses komunikasi dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 . Hakikat Komunikasi dan Pembelajaran
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Banyak
pendapat dari berbagai pakar mengenai definisi komunikasi, namun jika
diperhatikan dengan seksama dari berbagai pendapat tersebut mempunyai maksud
yang hampir sama. Menurut Hardjana, sebagaimana dikutip oleh Endang Lestari G
(2003) secara etimologis komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu cum,
sebuah kata depan yang artinya dengan, atau bersama dengan, dan kata umus,
sebuah kata bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communio,
yang dalam bahasa Inggris disebut communion, yang
mempunyai makna kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, atau
hubungan. Karena untuk ber-communio
diperlukan adanya usaha dan kerja, maka kata communion dibuat kata kerja communicareyang
berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu
dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar
pikiran, berhubungan, atau berteman. Dengan demikian, komunikasi mempunyai
makna pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.
Evertt
M. Rogers mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat
suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk
merubah perilakunya. Pendapat senada dikemukakan oleh Theodore Herbert, yang
mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti
pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan
maksud mencapai beberapa tujuan khusus. Selain definisi yang telah disebutkan
di atas, pemikir komunikasi yang cukup terkenal yaitu Wilbur Schramm memiliki
pengertian yang sedikit lebih detil. Menurutnya, komunikasi merupakan tindakan
melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan;
pengirim dan penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti
pada pesan dan simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta
ditafsirkan oleh penerima.(Suranto : 2005)
Tidak
seluruh definisi dikemukakan di sini, akan tetapi berdasarkan definisi yang ada
di atas dapat diambil pemahaman bahwa :
a.
Komunikasi
pada dasarnya merupakan suatu proses penyampaian informasi. Dilihat dari sudut
pandang ini, kesuksesan komunikasi tergantung kepada desain pesan atau
informasi dan cara penyampaiannya. Menurut konsep ini pengirim dan penerima
pesan tidak menjadi komponen yang menentukan.
b.
Komunikasi
adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang lain. Pengirim
pesan atau komunikator memiliki peran yang paling menentukan dalam keberhasilan
komumikasi, sedangkan komunikan atau penerima pesan hanya sebagai objek yang
pasif.
c.
Komunikasi diartikan sebagai proses
penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Pemahaman ini
menempatkan tiga komponen yaitu pengirim, pesan, dan penerima pesan pada posisi
yang seimbang. Proses ini
menuntut adanya proses encodingoleh pengirim
dan decoding oleh
penerima, sehingga informasi dapat bermakna.
2.1.2 Pengertian
Pembelajaran
Sardiman
AM (2005) dalam bukunya yang berjudul “Interaksi dan Motivasi dalam Belajar
Mengajar” menyebut istilah pembelajaran dengan interaksi edukatif. Menurut
beliau, yang dianggap interaksi edukatif adalah interaksi yang dilakukan secara
sadar dan mempunyai tujuan untuk mendidik, dalam rangka mengantar peserta didik
ke arah kedewasaannya. Pembelajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing
para peserta didik di dalam kehidupannya, yakni membimbing mengembangkan diri
sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalani. Proses edukatif memiliki
ciri-ciri :
a.
ada
tujuan yang ingin dicapai ;
b.
ada pesan yang akan ditransfer ;
c.
ada
pelajar ;
d.
ada
guru ;
e.
ada
metode ;
f.
ada
situasi ada penilaian.
Terdapat
beberapa faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap proses pembelajaran,
yaitu pengajar, mahasiswa, sumber belajar, alat belajar, dan kurikulum (Once
Kurniawan : 2005). Association for Educational
Communication and Technology (AECT) menegaskan bahwa pembelajaran (instructional) merupakan bagian dari pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdiri dari
komponen-komponen sistem instruksional, yaitu komponen pesan, orang, bahan,
peralatan, teknik, dan latar atau lingkungan.[2]
Suatu
sistem instruksional diartikan sebagai kombinasi komponen sistem instruksional
dan pola pengelolaan tertentu yang disusun sebelumnya di saat mendesain atau
mengadakan pemilihan, dan di saat menggunakan, untuk mewujudkan terjadinya
proses belajar yang berarah tujuan dan terkontrol, dan yang : a) didesain untuk
mencapai kompetensi tertentu atau tingkah laku akhir dari suatu pembelajaran;
b) meliputi metodologi instruksional, format, dan urutan sesuai desain;
c)mengelola kondisi tingkah laku; d) meliputi keseluruhan prosedur pengelolaan;
e) dapat diulangi dan diproduksi lagi; f) telah dikembangkan mengikuti
prosedur; dan g) telah divalidasi secara empirik. (Yusufhadi M, dkk.:1986)
Dengan
demikian pembelajaran dapat dimaknai sebagai interaksi antara pendidik dengan
peserta didik yang dilakukan secara sengaja dan terencana serta memiliki tujuan
yang positif. Keberhasilan pembelajaran harus didukung oleh komponen-komponen
instuksional yang terdiri dari pesan berupa materi belajar, penyampai pesan
yaitu pengajar, bahan untuk menuangkan pesan, peralatan yang mendukung kegiatan
belajar, teknik atau metode yang sesuai, serta latar atau situasi yang kondusif
bagi proses pembelajaran.
2.2 Proses Belajar Mengajar Sebagai Proses
Komunikasi
Proses belajar mengajar hakikatnya adalah proses komunikasi,dimana guru
berperan sebagai pengantar pesan dan
siswa sebagai penerima pesan .
pesan yang dikirimkan oleh guru berupa isi /materi pelajaran yang
dituangkan ke dalam
symbol-simbol komunikasi baik verbal(kata-kata dan tulisan )maupun
nonverbal(gerak tubuh dan isyarat).
Dalam setiap kegiatan komunikasi terdapat dua macam
kegiatan yaitu “encoding” dan “decoding”. Encoding adalah kegiatan yang
berkaitan dengan pemilihan lambang-lambang yang akan digunakan dalam kegiatan
komunikasi oleh komunikator (oleh guru dalam kegiatan pembelajaran). Terdapat
dua persyaratan yang harus diperhatikan untuk melakukan kegiatan “encoding” ini
yaitu :
1.
dapat mengungkapkan pesan yang akan disampaikan
; dan
2.
sesuai dengan medan pengalaman audience atau
penerima, sehingga memudahkan penerima didalam menerima isi pesan yang
disampaikan.
Salah satu kemampuan profesional seorang guru adalah
kemampuan melakukan kegiatan “encoding” dengan tepat, sehingga murid-murid
memperoleh kemudahan di dalam menerima dan mengerti materi/bahan pelajaran yang
merupakan pesan pembelajaran yang disampaikan guru kepada murid.
Sedang kegiatan “decoding” adalah kegiatan dalam
komunikasi yang dilaksanakan oleh penerima (audience, murid), dimana penerima
berusaha menangkap makna pesan yang disampaikan melalui lambang-lambang oleh
sumber melalui kegiatan encoding di atas. Seperti telah dikemukakan di atas
bahwa kagiatan “decoding” ini sangat ditentukan oleh keadaan medan pengalaman
penerima sendiri. Keberhasilan penerima di dalam proses “decoding” ini sangat
ditentukan oleh kepiawaian sumber di dalam proses “encoding” yang dilakukan,
yaitu di dalam memahami latar belakang pengalaman, kemampuan, kecerdasan, minat
dan lain-lain dari penerima. Adalah sama sekali keliru apabila di dalam proses
komunikasi sumber melakukan proses “encoding” berdasarkan pada kemauan dan
pertimbangan pribadi tanpa memperhatikan hal-hal yang terdapat pada diri
penerima seperti yang sudah disebutkan di atas, yang dalam hal ini terutama
adalah medan pengalaman mereka.
2.3 Prinsip
Komunikasi
Prinsip-prinsip
komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi mempunyai uraian yang
beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar.
Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi.
Larry A.Samovar dan Richard E.Porter menyebutnya karakteristik komunikasi. Deddy
Mulyana, Ph.D membuat istilah baru yaitu prinsip-prinsip komunikasi. Terdapat
12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari
definisi dan hakekat komunikasi yaitu :
Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik
Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis,
sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan. Salah
satu kebutuhan pokok manusia, seperti dikatakan oleh Susanne K. Langer, adalah
kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Manusia memang satu-satunya
hewan yang menggunakan lambang, dan itulah yang membedakan manusia dengan
makhluk lainnya. Ernst Cassier mengatakan bahwa keunggulan manusia atas makhluk
lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum.
Lambang
atau simbol adalah ssuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya,
berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan
verbal), perilaku non-verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama,
misalnya memasang bendera dihalaman rumah untuk menyatakan penghormatan atau
kecintaan kepada negara. Kemampuan manusia menggunakan lambnag verbal
memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan
objek ( baik nyata ataupun abstrak) tanpa kehadiran manusia dan objek tersebut.
Lambang
adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda dengan objek dapat juga
direpresentasikan oleh ikon dan indeks, namun ikon dan indeks tidak memerlukan
kesepakatan. Ikon adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang
menyerupai apa yang direpresenasikannya. Representasi ini ditandai dengan
kemiripan. Misalnya patung Soekarno adalah ikon Soekarno, dan foto pada KTP
Anda adalah ikon Anda.
Berbeda denfan lambang dan ikon, indeks adalah tanda
yang secara alamiah mempresentasikan objek lainnya. Istilah lain yang sering
digunakan untuk indeks adalah sinyal (signal), yang dalam bahasa
sehari-hari disebut juga gejala (symptom). Indeks muncul berdasarkan
hubunagn antara sebab dan akibat yang punya kedekatan eksistensi. Misalnya awan
gelap adalah indeks hujan yang akan turun, sedangkan asap itu disepakati
sebagai tanda bagi masyarakat untuk berkumpul misalnya, seperti dalam dalam
kasus suku primitif, maka asap menjadi lambang karena maknanya telah disepakati
bersama.
Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang
tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang
lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak
tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh
orang lain menjadi suatu stimulus. Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (We
cannot not communicate). Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah
komuniaksi. Alih-alih, komunikasi terjadi bila seseorang memberi makna pada
perilaku orang lain atau perilakunya sendiri.
Cobalah
Anda minta seseorang untuk tidak berkomunikasi. Amat sulit baginya untuk
berbuat demikian, karena setiap perilakunya punya potensi untuk ditafsirkan.
Kalau ia tersenyum, ia ditafsirkan bahagia; kalau ia cemberut, ia ditafsirkan
ngambek. Bahkan ketika kita berdiam diri sekalipun, ketika kita mengundurkan
diri dari komunikasi dan lalu menyendiri, sebenarnya kita mengkomunikasikan
banyak pesan. Orang lain mungkin akan menafsirkan diam kita sebagai malu,
segan, ragu-ragu, tidak setuju, tidak perduli, marah, atau bahkan sebagai malas
atau bodoh.
Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan
Setiap
pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita
bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan
proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan
mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda.
Dimensi
isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal.
Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan.
Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga
mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu dan bagaimana
seharusnya pesan itu ditafsirkan. Sebagai contoh, kalimat “Aku benci kamu” yang
diucapkan dengan nada menggoda mungkin sekali justru berarti sebaliknya.
Dalam
komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan, sedangkan dimensi
hubungan merujuk kepada unsur-unsur lain, termasuk juga jenis saluran yang
digunakan untuk menyampaiakn pesan tersebut. Pengaruh suatu berita atau artikel
dalam surat kabar misalnya, bukan hanya bergantung pada isinya, namun juga
siapa penulisnya, tata letak (lay-out)-nya, jenis huruf yang digunakan, warna
tulisan dan sebagainya. Pesan yang sama dapat menimbulkan pengaruh berbeda bila
disampaikan orang berbeda. Biasanya artikel yang ditulis orang yang sudah
dikenal akan dianggap lebih berbobot bila dibandingkan dengan tulisan orang
yang belum dikenal. Bila dimengerti maka redaktur surat kabar atau majalh akan
lebih memprioritaskan tulisan orang-orang yang sudah dikenal sebelumnya.
Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat
kesengajaan
Setiap
tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari
tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak
direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan
secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul
disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya
tercapai).
Kesengajaan
bukanlah syarat untuk terjadinya komuniaksi. Meskipun kita sama sekali tidak
bermaksud menyampaikan pesan kepada orang lain, perilaku kita potensial
ditafsirkan orang lain. Kita tidak dapat mengendalikan orang lain untuk
menafsirkan atau tidak menafsirkan perilaku kita. Membatasi komunikasi sebagai
proses yang disengaja adalah menganggap komuniaksi sebagai instrumen seperti
dalam persuasi.
Naiat
atau kesengajaan bukanlah syarat mutlak bagi seseorang untuk berkomunikasi.
Dalam komunikasi antara orang-orang berbeda budaya ketidaksengajaan
berkomunikasi ini lebih relevan lagi untuk kita perhatikan. Banyak
kesalahpahaman antarbudaya sebenarnya disebabkan oleh perilaku seseorang yang
tidak disengaja yang dipersepsi, ditafsirkan, dan direspons oleh orang lain
dari budaya lain. Misalkan dalam tindakan menyentuh wanita di Arab Saudi yang
diperkenalkan kepada Anda, yang sebenarnya tidak Anda sengaja, dapat
menyampaiakn pesan negatif yang menghambat pertemuan tersebut.
Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
Pesan
komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun
non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung,
kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.
Makna pesan juga bergantung pada
konteks fisik dan ruang (termasuk iklim, suhu, intensitas cahaya, dan
sebagainya), waktu, sosial dan psikologis. Topik-topik yang lazim dipercakapkan
di rumah, tempat kerja, atau tempat hiburan seperti “lelucon,” “ acara
televisi,” “mobil,” “bisnis,” atau “perdagangan” terasa kurang sopan bila
dikemukakan dimasjid.
Waktu juga mempengaruhi makna
terhadap suatu pesan. Dering telepon pada tengah malam atau dini hari akan
dipersepsi lain bila dibandingkan dengan dering telpon pada siang hari.Dering
telepon pertama itu mungkin berita sangat penting (darurat) , misalnya untuk
mengbarkan orang sakit, kecelakaan atau meninggal dunia atau upaya orang jahat
untuk mengetes apakah dirumah ada orang atau tidak.
Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
Tidak dapat dibayangkan jika orang
melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita
tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan
senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan
kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam
melakukan proses komunikasi.
Ketika orang-orang berkomunikasi,
mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi
juga terikat oleh aturan atau tatakrama. Artinya , orang-orang memilih strategi
tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespons.
Prediksi ini tidak selalu disadari dan sering berlangsung cepat. Kita dapat
memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya.
Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik
Dalam
diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang
budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang
berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal
seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi
mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
Setiap individu adalah suatu sistem yang hidup (a
living system). Organ-organ dalam tubuh kita saling berhubungan. Kerusakan
pada mata dapat membuat kepala kita pusing. Bahkan unsur diri kita yang bersifat
jasmani juga berhubungan dengan unsur kita yang bersifat rohani. Kemarahan
membuat jantung kita berdetak lebih cepat dan berkeringat. Setidaknya dua
sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi itu: Sistem Internal
dan Sistem Eksternal. Sistem internal adalah seluruh sistem nilai yang
dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi yang ia cerap
selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya (keluarga,
masyarakat,setempat, kelompok suku, kelompok agama, lembaga pendidikan,
kelompok sebaya, tempat kerja, dan sebagainya).
Berbeda
dengan sistem internal, sistem eksteernal terdiri dari unsur-unsur dalam
lingkungan di luar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara,
isyarat fisik peserta komunikasi, kegaduhan di sekitarnya, penataan ruangan,
cahaya, dan temperatur ruangan. Elemen-elemen ini adalah stimuli publik yang
terbuka bagi setiap peserta komunikasi dalam setiap transaksi komunikasi.
Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah
komunikasi
Jika
dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang
sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk
saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol
yang saling dipertukarkan.
Komunikasi
yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para
pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi). Dalam kenyataannya, tidak
pernah ada dua manusia yang persis sama, meskupun mereka kembar yang dilahirkan
dan diasuh dalam keluarga yangsama, diberi makanan yang sama dan di didik
dengan cara yang sama. Namun adanya kesamaan sekali lagi akan mendorong
orang-orang untuk saling tertarik dan pada gilirannya karena kesamaan tersebut
komunikasi mereka menjadi lebih efektif.
Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial
Proses
komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan
respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima
dan dimengerti.
Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional
Konsekuensi
dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu
dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi
diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible
Setiap
orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa
terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak
dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka
efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.
Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai
masalah
Dalam
arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah. Banyak persoalan dan konflik antar manusia
disebabkan oleh masaalh komunikasi. Namun komunikasi bukanlah panasea (obat
mujrab) untuk menyelesaikan persoalan atau konflik itu, karena konflik atau
persoalan tersebut mungkin berkaitan denagn masalah struktural.
2.4 Prinsip-Prinsip Komunikasi Efektif
a.
Prinsip
pertama : respect
Prinsip pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif
adalah sikap menghargai setiap individu yang akan menjadi sasaran pesan yang di
sampaikan. Guru dituntut dapat memahami bahwa ia harus bisa menghargai setiap
siswa yang dihadapinya. Rasa hormat dan
saling menghargai merupakan prinsip yang pertama dalam berkomunikasi dengan orang
lain karena pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting.
Membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati
akan dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang dapat
meningkatkan efektivitas kinerja guru baik sebagai individu maupun secara
keseluruhan sebagai tim.
Salah satu prinsip paling dalam sifat dasar manusia adalah
kebutuhan untuk dihargai. Penghargaan terhadap individu adalah suatu kebutuhan
yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan
dan tak tergoyahkan sehingga setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan
hati tersebut akan menggenggam orang dalam telapak tangannya. Selain itu
penghargaan yang tulus terhadap individu dapat membangkitkan antusiasme dan
mendorong orang lain melakukan hal–hal terbaik. Guru yang memberikan
penghargaan secara tulus kepada para murid maka
akan dihargai pula oleh muridnya dan menjadikan proses belajar mengajar
menjadi sebuah proses yang menyenangkan bagi semua pihak.
b.
Prinsip
kedua: emphaty
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada
situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama
dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau
mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
Dengan memahami dan mendengarkan orang lain terlebih dahulu, kita dapat
membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun
kerjasama atau sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan memampukan kita
untuk dapat menyampaikan pesan (message)
dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Komunikasi di dunia pendidikan
diperlukan saling memahami dan mengerti
keberadaan, perilaku dan keinginan dari siswa. Rasa empati akan menimbulakan
respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang
merupakan unsur utama dalam membangun sebuah suasana kondusif di dalam proses
belajar-mengajar. Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan
pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan
kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan
psikologi atau penolakan dari penerima.
c.
Prinsip
ketiga: audible
Prinsip audible
berarti adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Berbeda
dengan prinsip yang kedua yakni empati dimana guru harus mendengar terlebih
dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible adalah menjamin bahwa pesan yang disampaikan dapat diterima oleh
penerima pesan dengan baik. Dalam rangka mencapai hal tersebut maka pesan harus
di sampaikan melalui media (delivery
channel) sehingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hal itu
menuntut kemampuan guru dalam
menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio-visual yang
dapat membantu supaya pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
para murid.
d.
Prinsip
keempat: clarity
Prinsip clarity
adalah kejelasan dari isi pesan supaya tidak menimbulkan multi interpretasi
atau berbagai macam penafsiran. Clarity
dapat pula berarti keterbukaan dan transparasi. Dalam berkomunikasi kita perlu
mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan),
sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust)
dari penerima pesan. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga
dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme siswa dalam proses
belajar-mengajar. Dengan cara seperti ini siswa tidak akan menganggap lagi
proses belajar-mengajar sebagai formalitas tetapi akan mengganggapnya sebagai
sebuah kebutuhan pokok bagi kehidupannya.
e.
Prinsip kelima: Humble
Prinsip kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah
sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama
untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah
hati yang kita miliki. Kerendahan hati merupakan suatu cara agar orang lain
merasa nyaman (care) karena ia merasa
sejajar sehingga memudahkan komunikasi dalam dua arah.
Komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran sangat
berdampak terhadap keberhasilan pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif
apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan
informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku
komunikasi tersebut. Jika dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif
antara pengajar dengan siswa, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut
berhasil. Sehubungan dengan hal tersebut, maka para pengajar, pendidik, atau
instruktur pada lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus memiliki
kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat berupa
kemampuan memahami dan mendesain informasi, memilih dan menggunakan saluran
atau media, serta kemampuan komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran sebagai subset dari proses pendidikan harus
mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan, yang pada
ujungnya akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Agar pembelajaran dapat mendukung peningkatan mutu pendidikan, maka dalam
proses pembelajaran harus terjadi komunikasi yang efektif, yang mampu
memberikan kefahaman mendalam kepada peserta didik atas pesan atau materi
belajar.[3]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses belajar mengajar pada hakikatnya
adalah proses komunikasi yaitu proses menyampaikan pesan dari sumber pesan
melalui saluran media / media dan penerima.komponen untuk proses komunikasi
pesan yang akan dikonunikasikan adalah is ajaran atas didikan yang ada dalam
kurikulum. sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis
buku-buku prosedur media. salurannya adalah media pendidikan dan penerima
pesannya adalah siswa atau juga guru.
Komunikasi
dikatakan efektif apabila komunikasi yang terjadi
menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback dari pihak penerima pesan.Kualitas
pembelajaran dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikasi yang terjadi di
dalamnya. Dalam pembelajaran, komunikasi yang efektif merupakan
proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik
kepada peserta didik, dimana peserta didik mampu memahami maksud pesan sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik.
3.2 Saran
Diharapkan agar mahasiswa khusunya
pendidik dapat lebih mengetahui dan memahami peranan media pendidikan dalam
proses komunikasi pembelajaran yang ada. Sehingga setelah mempelajari
pembahasan ini, kita mampu mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran
untuk mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arsyad,
Azhar. 2009. Media
Pembelajaran. Jakarta: Grafindo.
2. Sadiman, S Arief. 1996. Media Pendidikan. Jakarta:
Grafindo.
- Endang
Lestari G. dan MA. Maliki, Komunikasi
yang Efektif ( Modul Pendidikan Dan Pelatiha), LAN-RI,2006
4. Sutirman.
2009. “komunikasi efektif dalam pembelajaran”.
http//www.sutirman.wordpress.com. diakses tanggal 9 maret 2015.
5. Wiji
Putuati. 2010. “menciptakan komunikasi efektif dalam pembelajaran”.http//www.wiji.sari.putuati10@mhs.matematikauts.ac.id.
Diakses tanggal 9 maret 2015
[2]
Arsyad,
Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo
[3] Endang Lestari G. dan MA. Maliki, Komunikasi yang
Efektif ( Modul Pendidikan Dan Pelatiha), LAN-RI,2006
Komentar
Posting Komentar