BAB I
PENDAHULUAN
1.1.        Latar Belakang
            Pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mwujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai Khalifah Allah swt., baik kepada Tuhannya, sesama manusia, dan sesama makhluk lainnya. Pendidikan yang dimksud selalu berdasarkan kepada ajaran Al Qur’an dan Al Hadits. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan metodologi pendidikan Islam adalah cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan pendidikan Islam.[1]
            Tugas utama metode pendidikan Islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan pendidikan yang terealisasi  melalui penyampaian keterangan dan pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami, menghayati, dan meyakini materi yang diberikan, serta meningkatkan ketrampilan dalam berpikir.[2]
            Pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan untuk melatih anak didiknya yang sedemikian rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, dan pendekatanya dalam segala jenis pengetahuan banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual dan sangat sadar akan nilai etika Islam. Dalam pendidikan Islam banyak metode yang terdapat dalam al-Qur’an yang dapat dipergunakan dalam proses pembelajaran, di antaranya adalah metode keteladanan, kisah, amtsal, targhib, tarhib, hiwar, ibrah, mauizha, dan lain-lain. Jadi untuk keberhasilan tujuan pendidikan sebagaimana yang diharapkan harus dapat dipilih metode yang tepat khususnya dalam proses pendidikan aqidah. Namun dalam makalah ini penulis hanya membahasa metode Mauizhah dengan judul: “Aplikasi Metode Mauizhah dalam Pendidikan Aqidah”.
1.2.        Rumusan Masalah
            Dari  latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah: Bagaimana penggunaan metode mauizhah yang sesuai dengan karakter pendidikan aqidah, karakter humanistik dan lingkungan?.


1.3.         Tujuan Pembahasan
            Adapun yang menjadi tujuan pembahasan makalah ini adalah: Untuk mengetahui penggunaan metode mauizhah yang sesuai dengan karakter pendidikan aqidah, karakter humanistik dan lingkungan.
1.4.        Metode Yang Digunakan
Metode deskriftif dengan teknik study kepustakaan, yaitu pengetahuan yang bersumber dari media tulis berupa buku dan media elektronik karna seiring kemajuan teknologi maka penulis menggunakan dua metode diatas sebagai bahan dan sumber penulisan makalah ini.
1.5.        Sistimatika Penulisan
Sistematika penyusunan makalah ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yang selanjutnya dijabarkan sebagai berikut :
Bagaian kesatu adalah pendahuluan. Dalam bagian ini penyusun memeparkan beberapa Pokok permasalahan awal yang berhubungan erat dengan permasalah utama. Pada bagian pendahuluan ini di paparkan tentang latar belakang masalah batasan, dan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, metode penulisan dan sistematika penulisan makalah.
Bagian Kedua yaitu pembahasan. Pada bagian ini merupakan bagaian utama yang hendak dikaji dalam proses penyusunan makalah. Penyususn berusaha untuk mendeskripsikan berbagai temuan dan pembahasan yang berhasil ditemukan dari hasil pencarian sumber/bahan.
Bagian ketiga yaitu Kesimpulan. Pada Kesempatan ini penyusun berusaha untuk mengemukakan terhadap semua permasalahan-permasalahan yang dikemukakan oleh penyusun dalam perumusan masalah.








BAB II
PEMBAHASAN
2.1.  Pengertian Dasar dan Tujuan Metode Mauizhah
A. Pengertian Metode Mauizhah
        Mauizhah diartikan dengan “mengingatkannya terhadap sesuatu yang dapat meluluhkan hatinya dan sesuatu itu dapat berupa pahala maupun siksa, sehingga ia menjadi ingat.[3]
        Dari pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa metode Mauidzah adalah pemberitahuan seseorang tentang sesuatu yang baik agar dia dapat melakukannya dan yang jahat agar dia tidak melakukannya. Termasuk mau’idzah adalah nasihat, peringatan, teguran perintah. Dengan ungkapan lain, mau’idzah dapat disebut juga al-amr bil-ma’ruf wan nahyu ‘anil munkar. Mau’idzah atau al-amr bil-ma’ruf wan nahyu ‘anil munkar merupakan salah satu metode yang dianjurkan oleh Allah.
         Metode ini disebut juga metode “nasehat” yakni suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberi motivasi. Metode Ibrah atau mau’zhah (nasehat) sangat efektif dalam pembentukan mana anak didik terhadap hakekat sesuatu,serta memotivasinya untuk bersikap luhur, berakhlak mulia dan membekalinya dengan prinsip-prinsip islam. Menurut Al-qur’an, metode nasehat hanya diberikan kepada mereka yang melanggar peraturan dalam arti ketika suatu kebenaran telah sampai kepadanya, mereka seolah-olah tidak mau tau kebenaran tersebut terlebih melaksanakannnya. Pernyataan ini menunjukkan adanya dasar psikologis yang kuat, karena orang pada umumnya kurang senang dinasehati, terlebih jika ditunjukkan kepada pribadi tertentu.

B.   Dasar Penerapan Metode Mauizhah
          Dalam Surat Al-‘Alaq  ayat 1-5 ini merupakan ayat yang memerintahkan pada ilmu pengetahuan kepada manusia dengan cara memberi nasehat berupa perintah untuk membaca. Selanjutnya dalam surah Al-Ankabut ayat 64 Allah berfirman:  .
 “dan Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. dan Sesungguhnya akhirat Itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. (Q.S. Al-Ankabut: 64)”.
         Ayat ini merupakan perintah memberikan nasehat kepada orang yang berakal untuk memikirkan keadaan dunia yang terus berkurang dan menyusut guna mempertebal rasa tunduk, takut dan rasa taat kepada perintah Allah. Firman Allah:
فَإِذاَ بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْفَارِقُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ وَأَشْهِدُوا ذَوَيْ عَدْلٍ مِّنكُمْ وَأَقِيمُوا الشَّهَادَةَ للهِ ذَلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَن كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا {2}
“… Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. (Ath-Thalaq: 2)”.
           Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa  mauizhah/nasehat itu berguna untuk pengekangan diri dari berbagai hal diharamkan atau perbuatan yang diharamkan Allah. Dan tiada pengekangan yang baik kecuali rasa takut yang hakiki kepada Allah dan azab-Nya. Rasa takut tersebut merupakan pengembangan perasaan ketuhanan yang dapat menguatkan keimanannya kepada Allah SWT.

C.   Tujuan penerapan metode Mauizhah
            Dari sudut psikologi dan pendidikan penerapan metode mauizhah dalam pendidikan aqidah antara lain bertujuan untuk:
1). Membangkitkan perasaan ketuhanan
            Perasaan-perasaan ketuhanan yang telah dikembangkan dalam jiwa setiap anak didik melalui dialog, pengalaman, ibadah, praktik dan metode lainnya. Perasaan ketuhanan yang meliputi ketundukan kepada Allah dan rasa takut terhadap azabNya atau keinginan menggapai syurgaNya. Maka melalui metode mauizhah dapat dibangkitkan perasaan ketuhanan yang baru ditumbuhkan itu.
2). Membangkitkan keteguhan hati
            Keteguhan artinya berpegang teguh pada pemikiran ketuhanan yang sehat, yang sebelumnya telah dikembangkan dalam diri objek nasihat. Pemikiran ketuhanan itu dapat berupa imajinasi sehat tentang kehidupan dunia dan akhirat, peran dan tugas manusia dalam alam semesta ini, nikmat-nikmat Allah, serta keyakinan bahwa Allahlah yang telah menciptakan kehidupan, kematian dan sebagainya.
3). Menjauhkan anak dari perbuatan mungkar
            Mauizhah bertujuan menjauhkan anak diri dari perbuatan-perbuatan tercela. Jadi bila anak melakukan kesalahan atau berbuat jahat dapat dinasehati bahwa perbuatan-perbuatan tersebut adalah perbuatan dosa. Dengan kata lain semuanya menjalankan perintah Allah dengan ma’ruf, adil, baik, bijaksana, dan ikhsan. Makna-makna tersebut terhimpun dalam firman Allah SWT surat An-Nahl ayat 90, yaitu:
¨ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ90
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (An-Nahl : 90)”.
         Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa di antara tujuan penerapan metode Mauizhah dalam pendidikan aqidah adalah: Menumbuhkan aqidah tauhid, mengantarkan pendengar pada suatu kepuasan berpikir akan salah satu akidah, menggerakan dan mendidik perasaan rabaniyah, mengarahkan, mengokohkan dan menumbuhkan aqidah tauhid, menumbuhkan ketaatan pada perintah Allah, dan menumbuhkan kesan heran dan kagum.
D.   Kelebihan dan Kelemahan Metode Mauizah
           Dalam penggunaan metode mauizah pendidik harus berusaha menjadi teladan peserta didiknya, teladan dalam kebaikan. Dengan demikian keteladanan itu dimaksudkan peserta didik senantiasa akan mencontoh segala sesuatu yang baik, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Dalam pendidikan aqidah metode mauizah sangat besar pengaruhnya pada perkembangan psikologis peserta didik, jika disampaikan secara baik.
           Dalam penggunaan metode, pasti ada kelebihan dan kelemahannya adapun kelebihan dan kelemahan metode mauizah antara lain:
a. Kelebihannya:
1) Dalam waktu yang singkat guru agama dapat menyampaikan bahan yang sebanyak-banyaknya.
2) Organisasi kelas lebih sederhana tidak perlu mengadakan pengelompokan murid.
3) Guru agama dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah, walupun jumlah murid banyak.
4) Jika guru agama sebagai penasehat berhasil dengan baik, maka dapat menimbulkan semangat bagi peserta didik untuk aktif,
5) Fleksibel, dalam arti bahwa jika waktu sedikit bahan dapat dipersingkat, diambil yang penting-penting saja, jika terdapat waktu longgar bisa disampaikan secara detail.
b. Kelemahannya
1) Terkadang guru sulit untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap bahan materi yang diberikan
2) Karena metode disampaikan secara lisan terkadang guru juga merasa lesu harus berbicara terus dalam menjelaskannya.
3) Bila guru tidak terlalu memperhatikan psikologis anak didik, maka bisa terjadi pemahaman yang kabur
4) Jika guru tidak merencanakan materi yang akan disampaikan, terkadang guru bisa melantur-lantur dan membosankan
         Peranan murid dalam metode ibrah mauizah adalah mendengarkan dengan teliti serta mencatat pokok penting yang mungkin diperlukan ataupun dibutuhkan sewaktu-waktu
2.2. Karakteristik Pendidikan Aqidah, Humanistik, dan Lingkungan
A.  Karakteristik Pendidikan Aqidah
            Adalah  salah  satu  bagian dari  karunia Allah subhanahu wata’ala pada hati manusia bahwa Dia melapangkan hati untuk menerima iman di awal pertumbuhannya tanpa perlu kepada argumentasi dan bukti yang nyata. Dan kita sebagai orang tua perlu membuat suasana lingkungan yang mendukung dan positif, memberi teladan pada anak, banyak berdoa untuk anak, dan hendaknya kita tidak melewatkan kejadian sehari-hari melainkan kita menjadikannya sebagai sarana penanaman pendidikan baik itu pendidikan aqidah maupun pendidikan lainnya. Hal ini sesuai kiranya dengan apa yang diajarkan Luqman kepada anaknya:
يَابُنَيَّ إِنَّهَآ إِن تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُن فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي اْلأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللهُ إِنَّ اللهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ {16}                           
“(Luqman berkata): Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Luqman : 16 ).
            Pendidikan akidah merupakan asas kepada pembinaan Islam pada diri seseorang. Ia merupakan inti kepada amalan Islam seseorang. Seseorang yang tidak memiliki akidah menyebabkan amalannya tidak mendapat pengiktirafan oleh Allah swt. Perkara yang menjadi asas atau pokok keimanan dalam Islam juga dikenali sebagai rukun-rukun Iman iaitu sebanyak enam perkara : beriman kepada Allah swt, beriman kepada Malaikat, beriman kepada kitab-kitab, beriman kepada Rasul-Rasul, beriman kepada Hari Kiamat, beriman kepada Qada” dan Qadar.
B.  Karakteristik Manusia (Humanistik)
            Akidah Islam ialah akidah yang bersumberkan ketuhanan (akidah Rabbaniyyah) yang tetap, syumul, menyeluruh dan fitrah. Tabiat akidah yang demikian ialah akidah yang kukuh dan teguh. Hanya akidah yang teguh sahaja dapat membentuk manusia yang teguh dan kukuh. Kekukuhan dan keteguhan akidah ialah kerana kekukuhan dan keteguhan ciri-ciri yang menjadi kandungan akidah itu, yang merangkumi segala hakikat iaitu hakikat ketuhanan, hakikat alma semesta dan hakikat kemanusiaan serta nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan. Kekukuhan akidah inilah yang akhirnya menjadi sumber kekuatan Islam. Itulah hakikat kekuatan umat Islam, kekuatan jiwa dan rohani serta peribadinya yang menjadi asas kepada kekuatan jasmaninya. 
            Di dalam sejarah kegemilangan umat Islam yang silam kita mendapati bahawa umat Islam di masa itu telah dibentuk dan dididik oleh akidah yang akhirnya melahirkan kekuatan yang sungguh kental dan luar biasa. Kita lihat sahaja kepada Bilal, bahawa akidah telah memberikan kekuatan kepadanya. Abdul Rahman bin Auf dan Osman bin Affan sanggup membelanjakan hartanya kerana mempertahankan Islam sehingga tiada apa lagi yang dimiliki melainkan Allah swt dan Rasul. Ali bin Abi Talib sanggup mempertaruhkan nyawanya kerana Rasulullah saw dan banyak lagi contoh-contoh yang ditunjukkan oleh para sahabat Rasulullah saw hasil dari pendidikan akidah yang mantap.
            Jadi Akidah Islam akan melahirkan seseorang atau masyarakat yang mempunyai kepribadian yang unggul yang akhirnya akan dijelmakan melalui tingkah-laku, percakapan dan gerak-geri hati seseorang atau sesebuah masyarakat. Akidah Islam yang telah meresap ke dalam jiwa dan lubuk hati sesseorang akan menimbulkan kesan-kesan positif di antaranya:
  1. Akidah Islam melahirkan seorang yang yakin kepada Allah swt yang maha esa. Lantaran itu menggerakkan seluruh tingkah-lakunya, percakapannya dan gerak-gerinya untuk mencari keredhaan Allh swt.
  2. Akidah Islam melahirkan Insan Soleh. Insan yang melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah dan meninggalkan segala jenayah dan kemungkaran.
  3. Akidah Islam melahirkan Insan yang mempunyai akhlak cemerlang dan terpuji.
  4. Melalui pndidikan  aqidah diharapkan dapat mengikis sifat-sifat yang buruk dan melahirkan manusia yang bertaqwa, tawadhu”, ikhlas, redha, amanah dengan segala sifat terpuji yang lain di samping menyingkirkan sifat-sifat yang buruk seperti dengki, sombong, ria”, takabur dan seumpamanya yang boleh membawa masalah sosiol dalam masyarakat.
C.  Karakteristik Lingkungan
            Dalam pendidikan dikenal ada tiga lingkungan, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
            Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati. Orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Pendidikan keluarga disebut pendidikan utama karena di dalam lingkungan ini segenap potensi yang dimiliki manusia terbentuk dan sebagian dikembangkan. Bahkan ada beberapa potensi yang telah berkembang dalam pendidikan keluarga. Pendidikan keluarga dapat diebdakan menjadi dua yakni :
a) Pendidikan prenatal (pendidikan sebelum lahir)
            Merupakan pendidikan yang berlangsung selama anak belum lahir atau masih dalam kandungan. Pendidikan prenatal lebih dipengaruhi kepada kebudayaan lingkungan setempat. Sebagai contoh dalam masyarakat jawa dikenal berbagai macam upacara adat selama anak masih ada dalam kandungan seperti neloni, mitoni. Selain upacara-upacara adat untuk menyelamati anak yang masih dalam kandungan dalam masyarakat jawa dikenal juga berbagai macam kesyirikan (hal-hal yang harus dihindari) selama anak masih dalam kandungan.
b) Pendidikan Postnatal (pendidikan setelah lahir)
            Merupakan pendidikan manusia dalam lingkungan keluarga di mulai dari manusia lahir hingga akhir hayatnya. Segala macam ilmu kehidupan yang diperoleh dari keluarga merupakan hasil dari proses pendidikan keluarga postnatal. Dari manusia lahir sudah diajari bagaimana caranya tengkurap, minum, makan, berjalan hingga tentang ilmu agama. Sama seperti pendidikan prenatal yang tujuan adalah menjamin manusia lahir ke dunia, pendidikan postnatal ditujukan sebagai jaminan agar manusia dapat menjadi manusia yang baik dan tidak mengalami kesulitan berarti selama proses manusia hidup.
            Bagaimana manusia bersikap tentang segala macam lingkungannya di luar lingkungan keluarga sangat tergantung pada bagaimana proses pendidikan keluarga berlangsung. Dalam dunia modern seperti sekarang, bagaimana pendidikan keluarga berlangsung tidak sepenuhnya tergantung pada orang tua namun bisa juga dipengaruhi oleh orang lain yang notabene bukan bagian dari keluarga. Ini bisa terjadi karena kesibukan orangtua maka orangtua lebih cenderung untuk menyewa orang lain untuk merawat (mengasuh) anaknya.
            Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, sekolah telah mencapai posisi yang sangat sentral dan belantara pendidikan keluarga. Hal ini karena pendidikan telah berimbas pola pikir ekonomi yaitu efektivitas dan efesiensi dan hal ini telah menjadi semacam ideology dalam proses pendidikan di sekolah.
            Sama  seperti  pendidikan  prenatal  yang  tujuan  adalah  menjamin manusia lahir ke dunia, pendidikan postnatal ditujukan sebagai jaminan agar manusia dapat menjadi manusia yang baik dan tidak mengalami kesulitan berarti selama proses manusia hidup. Selanjutnya dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan keluarga sekolah. dan masyarakat pada umumnya. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas. Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
2.3.  Penerapan Metode Mauizhah dalam Pendidikan Aqidah
           Metode pembelajaran aqidah harus diperhatikan oleh setiap pelaku pendidikan, karena lembaga pendidikan saat ini memiliki peran yang sangat penting untuk memperkuat aqidah peserta didik sekaligus membentengi dari perusakan aqidah, yaitu dengan cara menyelenggarakan pendidikan yang memuat di dalamnya pegajaran aqidah yang sesuai dengan salafuṣ ṣalih melalui metode yang tepat.
          Pembelajaran aqidah bukan hanya sekedar menyampaikan dari buku yang dipaketkan oleh pihak sekolah, lebih dari itu pembelajaran aqidah harus memiliki metode yang tepat dan efektif. Tanpa metode, suatu pesan pembelajaran tidak akan dapat berproses secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar ke arah yang dicapai. Metode yang bervariasi juga sangat diperlukan dalam pembelajaran aqidah sehingga dapat meminimalisir kebosanan.
           Untuk itu agar tujuan pendidikan dapat dicapai sebagaimana mestinya, maka metode mauizhah dapat diterapkan dengan cara:
  1. Pelajaran dan nasihat yang baik, berpaling dari hal perbuatan jelek melalui tarhib dan targhib (dorongan dan motivasi); penjelasan, keterangan, gaya bahasa, peringatan, petutur, teladan, pengarahan dan pencegahan dengan cara halus.
  2. Bi al-mauizhah al-hasanah adalah melalui pelajaran, keterangan, petutur, peringatan, pengarahan dengan gaya bahasa yang mengesankan atau menyentuh dan terpatri dalam nurani.
  3. Dengan bahasa dan makna simbol, alamat, tanda, janji, penuntun, petunjuk, dan dalil-dalil yang memuaskan melalui ucapan lembut dengan penuh kasih sayang;
  4. Dengan kelembutan hati menyentuh jiwa dan memperbaiki peningkatan amal;
  5. Melalui suatu nasihat, bimbingan dan arahan untuk kemaslahatan. Dilakukan dengan baik dan penuh tanggung jawab, akrab, komunikatif, mudah dicerna dan terkesan dihati sanubari;
  6. Suatu ungkapan dengan penuh kasih sayang yang dapat terpatri dalam kalbu, penuh kelembutan sehingga terkesan dalam jiwa, tidak melalui cara pelanggaran dan pencegahan., mengejek, melecehkan, menyudutkan atau menyalahkan, dapat meluluhkan hati yang keras, menjinakkan kalbu yang liar;
  7. Dengan tutur kata yang lemah lembut, pelan-pelan, bertahap, dan sikap kasih sayang dalam konteks dakwah, dapat membuat seseorang merasa dihargai rasa kemanusiaannya sehingga dapat merespon positif
2.4. Pendekatan Penerapan Metode Mauizhah dalam Pendidikan Aqidah.
         Dalam penerapan metode mauizhah setidak-tidaknya ada tiga pendekatan yang harus ditempuh oleh guru atau pemberi nasehat, yaitu pendekatan rasional pendekatan secara langsung dan pendekatan tidak langsung.
A.    Rasional
         Kita harus bisa memberikan nasihat-nasihat yang rasional, tidak mengada-ada tapi sesuai dengan kondisi yang ada, serta mempertimbangkan setiap risiko yang mungkin akan muncul. Pendekatan rasional ini dapat diperkuat dengan dalil-dalil Al-Qur’an atau hadis. Jika kita menerima nasihat atau teguran, maka kita harus bisa menerimanya secara rasional. Melihat esensinya dan bukan cara penyampainnya. Terkadang, kita tidak bisa menerima nasihat atau teguran yang disampaikan dengan keras ketika kita menanggapinya dengan perasaan kita.

B.    Pendekatan langsung
           Pendekatan langsung adalah suatu pendekatan terstruktur dan berpusat pada guru dan digolongkan berdasarkan arahan dan kontrol dari guru, harapan guru yang tinggi atas kemajuan siswa, Maka dalam hal  ini  guru harus dapat memberikan nasehat-nasehat yang baik dengan berbagai contoh yang relevan agar siswa benar-benar dapat merubah tingkah lakunya atau dapat meningkatkan pemahamannya pada materi yang disampaikan.
C.    Pendekatan tidak langsung
            Nasehat secara tidak langsung, misalnya melalui cerita dan ungkapan metaphor, atau juga dapat disajikan dengan bahasa syair/pantun yang mengandung nasehat. Dan nasehat akan lebih baik jika dilakukan secara tidak langsung, karena dengan cara ini nilai-nilai yang ditransmisikan akan lebih mengesan bagi anak didik. Nasehat tidak langsung sebagaimana dicontohkan oleh Lukman yang terdapat  dalam Al-Qur’an  surat   Luqman  ayat  12 -19, yang berisi tentang nasihat dan wasiat Lukmanul Hakim terhadap anaknya, yaitu :
  1. Besyukur kepada Allah swt dalam segala kondisi dan keadaan
  2. Supaya tidak musyrik kepada Allah swt, karena syirik itu dosa yang paling besar.
  3. Supaya manusia berbakti kepada kedua orang tua.
  4. Pendidikan sabar dan salat sebagai pribadi muslim yang kaffah.
  5. Segala kebaikan meskipun seberat biji sawi pasi Allah swt akan membalasnya.
  6. Perintah untuk mendirikan shalat, memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran dan bersabar karena hal ini merupakan yang sangat penting dalam kehidupan.
  7. Harus bersikap baik kepada sesama manusia, tidak sombong, jangan memalingkan muka dan harus melunakan suara.
Apa yang disampaikan Luqman kepada anak-anaknya yang terangkum dalam kalimat di atas, semuanya merupakan nasehat untuk anak-anaknya dan juga untuk generasi selanjutnya, dan merupakan salah satu metode pendidikan.
Banyak ayat Al-Qur’an yang menunjukkan betapa pentingnya nasehat dalam pelaksanaan pendidikan. Para pendidik hendaknya memahami dan menggunakan metode-metode Al-Qur’an dalam upaya pemberian nasehat, peringatan, dan bimbingan untuk mempersiapkan anak-anak dalam hal akidah maupun moral, dalam pembentukan kepribadian maupun kehidupan social jika memang mereka menginginkan kebaikan, kesempurnaan, dan kematangan akhlak dan akal anak-anak.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
  1. Di antara pendekatan yang dapat ditempuh oleh guru atau pemberi nasehat, yaitu pendekatan rasional pendekatan secara langsung dan pendekatan tidak langsung.
  2. Metode mauizhah dapat diterapkan dengan cara: pelajaran dan nasihat yang baik, Bi al-mauizhah al-hasanah, bahasa dan makna simbol, alamat, tanda, janji, penuntun, petunjuk, dan dalil-dalil yang memuaskan melalui ucapan lembut penuh kasih sayang, kelembutan hati yang menyentuh jiwa dan memperbaiki peningkatan amal.
  3. Menumbuhkan ketaatan pada perintah Allah melalui pengamalan ibadah pada anak di lingkungan keluarga, pemberi nasehat kurang memiliki kepribadian yang baik
B.   Saran
  1. Metode Mauizhah salah satu metode yang digunakan dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam dapat dapat digunakannya sesuai dengan karakter siswa/anak.
  2. Aqidah merupakan materi pendidikan Islam yang paling mendasar. Untuk itu bagi orang tua atau guru dapat menumbuhkan rasa ketaatannya kepada Allah melalui pembiasaan dan pengamalan ibadah sejak dini.









DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Mujib,  Ilmu  Pendidikan Islam Jakarta : Fajar Inter Pratama Uffset, 2008.
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani, 1995.
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Ali. Al-jumbulati, Perbandingan Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta, 1994.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Zakiah Daradjat, dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
 [1]Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 41
[2]Abdullah Mujib,  Ilmu  Pendidikan Islam (Jakarta : Fajar Inter Pratama Uffset, 2008), 167
[3]Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 53.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS RPP SD KELAS IV

KAPITA SELEKTA PENDIDKAN PENDIDIAKN KONVENSIOANAL DAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

INOVASI PEMBELAJARAN